Jumat, 18 November 2011

Resensi Film "The Miracle Worker"

Kemauan dan Usaha Seorang Gadis Mungil
Judul Film        : The Miracle Worker
Sutradara        : Arthur Penn
Produser          : Walt Disney
Tahun Terbit   : 1962
Durasi              : 1 Jam 13 Menit 10 Detik.
            Arthur Hiller Penn (27 September 1922 - September 28, 2010) adalah seorang sutradara dan produser film Amerika dengan karier sebagai sutradara teater juga. Penn mengumpulkan tubuh kritis diakui bekerja sepanjang tahun 1960-an dan 1970-an. Penn lahir di Philadelphia, Pennsylvania, putra dari Sonia Greenberg, seorang perawat, dan Harry Penn, pembuat jam.
            Film kedua Penn adalah The Miracle Worker (1962), kisah perjuangan Anne Sullivan mengajar Helen Keller buta dan tuli bagaimana berkomunikasi. Ini mengumpulkan Academy Awards dua untuk yang mengarah Anne Bancroft dan Patty Duke. Penn telah memenangkan Tony Award untuk mengarahkan tahap produksi, yang ditulis oleh William Gibson, juga dibintangi Bancroft dan Duke, dan dia telah mengarahkan Bancroft debut Broadway dalam produksi pertama Broadway dramawan Gibson, Dua untuk Seesaw tersebut
Buta dan bisu-tuli, Hellen Keller (7 tahun) bertahan hidup hanya dengan instingnya, nyaris seperti hewan. Meski hidup di keluarga yang mapan dan terdidik, Hellen tidak menunjukkan adab baik di meja makan maupun dalam interaksinya dengan orang lain. Mr. Keller sudah putus asa akan perkembangan baik putrinya, dan Mrs. Keller terus memberi reward atas tingkah Hellen yang tak mampu dikendalikannya. James, kakak tiri Hellen, terus mengejek Hellen. Di tengah kekacauan dan keputusasaan keluarga Keller, hadir seorang governor (guru pribadi – biasanya setiap anak ningrat inggris mempunyai seorang guru pribadi) bernama Anne Sullivan.
Pemaparan awal yang ditampilkan cukup jelas. Karena pada awal telah dideskripsikan bagaimana tokoh Helen. Tetapi, pada awal film ini tidak dijelaskan mengapa Helen bisa mengalami gangguan seperti itu. Namun, pengambilan sudut dalam penyutingan cukup sempurna sehingga bisa memperlihatkan semuanya. Lokasi penyutingan juga sangat relevan dengan cerita yang dibuat oleh penulis.
Anne memiliki latar belakang hampir sama dengan Hellen. Dia nyaris mengalami kebutaan total dan hidup di panti anak-anak yang mengalami kesulitan belajar dan bertingkah laku. Anne dikirim ke keluarga Keller bukan karena dia seorang guru akan tetapi karena dia merupakan murid terbaik di panti/sekolah khusus tempatnya dididik semenjak kecil.
Karakter yang diperankan oleh pemain juga sangat cocok dengan yang diceritakan di novelnya. Sutradara telah tepat memilih pemain dalam film ini.
Berkebalikan dengan apa yang dilakukan keluarga Keller, Ms. Sullivan tidak memberikan reward atas tingkah Hellen yang buruk seperti berteriak atau berguling-guling di lantai. Ms. Sullivan akan mengabaikan rengekan Hellen yang tidak beralasan. Dia juga tidak membiarkan Hellen mencomot makanan dari piring orang lain, dia selalu menghentikan Hellen berbuat demikian. Hal itu sesuai dengan teori belajar yang menyarankan extinction atau pengabaian atas perilaku yang buruk namun tidak berisiko, dan memberikan hukuman atas perilaku buruk berisiko dengan segera.
Hellen Keller adalah contoh yang ekstrim untuk anak yang mengalami kesulitan belajar. Sebagai ibu, bisa dipahami bagaimana perasaan Mrs. Keller dan betapa sulit baginya menerima metode belajar yang diterapkan oleh Ms. Sullivan.
Dalam pertentangan antara keputusasaan dan harapan, antara ketidaktegaan dan keinginan akan kemajuan putrinya, Mrs. Keller akhirnya memberi kesempatan dan kepercayaan kepada Ms. Sullivan untuk mendidik Hellen dengan caranya.
Hal pertama yang diajarkan Ms. Sullivan adalah bahasa. Huruf demi huruf disusun lewat gerakan jari-jari tangan. Setiap kata disandingkan langsung dengan bendanya untuk diraba dan dirasakan oleh Hellen. Mengapa bahasa? Karena bahasa adalah jendela menuju dunia. Tanpa memahami bahasa seseorang tidak mungkin memahami dunia. Dunia tidak mesti diartikan sebagai sesuatu yang besar dan tak terjamah. Dunia Hellen adalah makanan, permainan, keluarga, serta lingkungan fisik tempat dia hidup.
Tetapi, pada film ini tidak menjelaskan secara rinci huruf yang berbentuk apa yang diajarkan serta asalnya.
Ms. Sullivan juga meminta untuk tinggal berdua saja dengan Hellen di gudang perkebunan yang kemudian ditata seperti paviliun. Sebab, jika Hellen terus berada di lingkungan yang mendukung perilaku buruknya dan tanpa ada yang mengajarinya perilaku baik, kemajuan tidak akan terjadi.
Sulitnya mendidik perilaku Hellen, lebih sulit lagi tanpa mengenalkannya pada bahasa. Lewat bahasa, Hellen mulai mengenal dan memahami dunianya. Otak Hellen ternyata mampu berfungsi dengan baik meski dia menderita cacat fisik dan gangguan emosi.
Ini juga sepertinya yang terjadi pada anak-anak yang mengalami kesulitan belajar. Bukan kecerdasan otak mereka yang menghalangi kelancaran belajar mereka. Akan tetapi masalah emosi dan perhatian.
Ketegasan sekaligus totalitas Ms. Sullivan mendidik Hellen akhirnya membuahkan hasil yang ajaib. Siapa yang menyangka seorang anak buta dan bisu-tuli yang pemarah dan dimanja, yang selama 7 tahun hidupnya tidak pernah diajarkan sepatah kata pun, bisa memahami bahasa dan mengubah tingkah laku buruknya menjadi perilaku yang positif? Seakan-akan mukjizat yang bekerja, bahkan Hellen akhirnya menjadi seorang pengacara yang sukses ketika dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar