Hello~
Welcome back to my blog :)
Let’s guess what will I tell.
Rumah. Satu kata, satu benda, satu surga dunia. Giliran udah
di tempat lain, kangen banget rasanya sama rumah. Tapi waktu sampe di rumah,
ini sensitivitas makin tambah aja –“
Ayah, ibu. Mereka memiliki peran masing-masing dalam rumah.
Tapi, sepertinya di rumah ini ada yang berbeda dari umumnya. Terutama peran
IBU. Kalo dengar kata itu, apa yang terbesit? Ibu, seseorang yang berperan
banyak dalam pertumbuhan anaknya. Baik pertumbuhan jasmani maupun rohani. Ibu seharusnya
mengerti banyak tentang kepribadian anaknya. Tapi apa yang ada di rumah ini ?
Keadaan yang sangat berbeda.
Ibuku adalah seorang pekerja layanan kesehatan gigi. Dia sangat
banyak menghabiskan waktunya di ruang praktek, kantor. Dan terkadang berkumpul
bersama temannya. Jadi karena letih yang ia rasakan, ia menjadi seorang yang
sangat mudah emosi.
Kami terdiri dari 3 orang. Dan aku anak pertama. Kami bertiga
memiliki karakter yang berbeda. Memiliki respon yang berbeda ketika ibu sedang
emosi. Yang paling kecil cenderung diam tapi ia peduli. Yang ke dua, cenderung
cuek. Dan tidak terlalu menanggapi. Sedangkan aku, cenderung langsung
tersinggung. Aku tidak terlalu mengetahui apakah ibu mengerti dengan karakter
kami masing-masing. Ntah kenapa, aku paling gak suka kalo ibu sudah ngomel. Aku
masih belum bisa menerima cara ibu kalo ngomel. Walaupun hal kecil, tapi tetep
aja aku nggak suka. Ibu selalu mengomel dengan nada tinggi. Walaupun memberi
nasehat, tapi itu seperti marah. Bahkan di saat aku jatuh sekali pun, ibu tetap
saja seperti itu. Di saat aku membutuhan dukungan dan penyelesaian, ibu masih
seperti itu. Terkadang, aku selalu merasa bahwa ia tidak peduli. Mungkin bagi
ibu, mengirim uang kebutuhanku saja sudah cukup. Tanpa menanyakan bagaimana aku
di luar sana. Di saat aku merasa ada yang kurang beres di tubuh ini, ibu hanya
bilang “biarkan aja”. Haruskah sampai aku di rawat inap baru ibu peduli? Bukankan
ibu seorang praktisi kesehatan?
Ibu, aku juga mengerti betapa letihnya dirimu untuk
mencukupi semua kebutuhan kami. Tapi, kami juga membutuhkan hal lain selain
material. Kami butuh ibu untuk mencukupi kebutuhan spiritual kami. Sudah dari
SMP, aku selalu merasa kurangnya peran ibu. Komunikasi di rumah pun bisa
terbilang jarang. Waktu SMP dulu, aku di sekolah sampai sore. Dan ketika sampai
di rumah ibu sudah sibuk di ruang praktek. Ayah sibuk dengan pekerjaannya. Jadi,
aku menghabiskan waktu di kamar. Malam keluar hanya untuk makan malam. Itu pun
makan sendiri. Itulah yang membuat aku tidak terlalu bersemangat untuk makan. Selesai
makan, masuk ke kamar lagi. Begitulah seterusnya :’
Aku sungguh mendambakan suatu saat nanti ibu bisa memelukku
di saat aku jatuh L
Bisa menyeimbangkan aku di saat aku kehilangan keseimbangan. Bisa mengajariku
banyak hal tentang pekerjaan rumah. Aku ingin ibu. Bukan orang lain.
Dari kecil, kami sudah terbiasa menghabiskan waktu dengan
pengasuh. Karena tuntutan pekerjaan mereka. Dulu waktu kecil memang aku bisa
saja menerima kenyataan itu. Tapi sekarang? Mom, I really need you beside me. I
really need a mom whom can understand me well. Apalagi di saat aku menjalani
masa pembentukan kepribadian :’)
Aku juga tidak mengerti mengapa air mata ini masih saja
terus mengalir. Apakah memang aku belum bisa menerima kenyataan ini atau
mungkin aku merasa kurang perhatiannya :’
Mom, sampai kapan ini akan berlangsung? Bisakah kita
menghabiskan waktu bersama hanya berlima? Tanpa ada hal lain yang mengganggu?
The real family time.
I really miss being together :’)